Jumat, 20 Maret 2015

GEJALA BAHASA

TUGAS BAHASA INDONESIA

GEJALA BAHASA, SINONIM, ANTONIM, HOMONIM, HOMOFON, HOMOGRAF, POLISEMI, HIPERNIM, DAN HIPONIM




 














Disusun Oleh                :
1.     Desi Istikhomah                          (09)
2.     Farizka Alriansyah                     (13)
3.     Wafiq Nur Hayani                      (26)
4.     Wahyu Kurniawan Fajar            (27)

X MIA 5
SMA NEGERI 1 KALASAN

A.         GEJALA BAHASA

Gejala bahasa adalah bahasa Indonesia yang cara bacanya berbeda dengan ejaan huruf kata – kata tersebut seperti ditambahkan huruf atau dihilangkan.
Gejala bahasa dalam bahasa Indonesia diistilahkan dengan kerancuan. Rancu artinya kacau jadi kerancuan artinya kekacauan.Yang dirancukan ialah susunan, perserangkaian, penggabungan.
Gejala bahasa atau peristiwa bahasa itu di antaranya ialah :
1.        Adaptasi, penyesuaian bentuk berdasarkan kaidah fonologis, kaidah ortografis, atau kaidah morfologi.
Contoh      :
·         vyaya menjadi biaya
·          pajeg menjadi pajak
·         voorloper menjadi pelopor
·         fardhu menjadi perlu
·         igreja menjadi gereja
·         voorschot menjadi persekot
·         coup d'etat menjadi kudeta
·         postcard menjadi kartu pos
·         certificate of deposit menjadi sertifikat deposito
·         mass producIion menjadi produkmassa
2.    Analogi, pembentukan kata berdasarkan contoh yang telah ada.
Contoh :
o   Berdasarkan kata 'dewa-dewi' dibentuk kata :
Putra-putri, siswa-siswi, saudara-saudari, pramugara-pramugari
o   Berdasarkan kata 'industrialisasi' dibentuk kata :
Hutanisasi, Indonesianisasi
o   Berdasarkan kata 'pramugari' dibentuk kata :
Pramuniaga, pramuwisata, pramuria, pramusaji,pramusiwi
o   Berdasarkan kata 'swadesi' dibentuk kata :
Swadaya, swasembada, swakarya, swasta, swalayan
o   Berdasarkan kata 'tuna netra' dibentuk kata :
Tuna wicara, tuna rungu, tuna aksara, tuna wisma, tuna karya, tuna susila, tunabusana.
3.    Anaptiksis (Suara Bakti), penyisipan vokal e pepet untuk melancarkan ucapan disebut juga suara bakti. 
Contoh:
Ø   sloka menjadi seloka
Ø   srigala menjadi serigala
Ø   negri menjadi negeri
Ø   ksatria menjadi kesatria
4.    Asimilasi, proses perubahan bentuk kata karena dua fonem berbeda disamakan atau dijadikan hampir sama.
Fonem adalah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih  isa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan: bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda.


Contoh:
*        in-moral menjadi immoral
*         in-perfect menjadi imperfek
*        al-salam menjadi asalam
*        ad-similatio menjadi asimilasi
*        in-relevan menjadi irelevan
*        ad-similatio menjadi asimilasi
5.    Disimilasi, kebalikan dari asimilasi, yaitu perubahan bentuk katam yang terjadi karena dua fonem yang sama dijadikan berbeda.
Contoh :
Ø  saj jana menjadi sarjana
Ø  sayur-sayur menjadi sayur-mayur
6.    Diftongisasi, perubahan bentuk kata yang terjadi karena monoftong diubah menjadi diftong.Jadi kebalikan monoftongisasi.
Contoh :
§  sentosa menjadi sentausa
§  cuke menjadi cukai
§  pande menjadi pandai
§  gawe menjadi gawai
7.    Monoftongisasi, perubahan benluk kata yang terjadi karena perubahan diftong (vokal rangkap) menjadi monoftong (vokal tunggal)
Contoh :
*      autonomi menjadi otonomi
*      autobtografi menjadi otobiografi
*      satai menjadi sate
*      gulai rnenjadi gule
8.     Sandi (Persandian), perubahan bentuk kata yang terjadi karena peleburan dua buah vokal yang berdampingan, dengan akibat jutmlah suku kata berkurang satu.
Contoh :
·         keratuan menjadi keratin
·         kedatuan menjadi kedaton
·         sajian menjadi sajen
·         durian menjadi duren
Perhatikan jumlah suku kata!

ke - ra - tu - an ~> ke - ra - ton
1     2     3     4        1    2      3
du -
 ri- an ~> du - ren
 1     2   3        1     2
9.    Hiperkorek,pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah betul, sehingga hasilnya justru salah.
Contoh :
·         Sabtu menjadi Saptu
·         jadwal menjadi jadual
·         manajemen menjadi menejemen
·         asas menjadi azas
·         surga menjadi sorga
·         Teladan menjadi tauladan
·         izin menjadi ijin
·         Jumat menjadi Jum'at
·         kualifikasi menjadi kwalifikasi
·         frekuensi menjadi frekwensi
·         kuantitas menjadi kwantitas
·         November menjadi Nopember
·         kuitansi menjadi kwitansi
·         mengubah menjadi merubah
·         februari menjadi Pebruari
·         persen menjadi prosen
·         pelaris menjadi penglaris
·         system menjadi sistim
·         teknik menjadi tehnik
·         apotek menjadi apotik
·         telepon menjadi telfon
·         ijazah menjadi ijasah
·         atlet menjadi atlit
·         nasihat menjadi nasehat
·         biaya menjadi beaya
·         perusak menjadi pengrusak
·         zaman menjadi jaman
·         koordinasi menjadi kordinasi
10. Kontaminasi, disebut juga kerancuan, yaitu kekacauan dimana dua pengertian yang berbeda, atau perpaduan dua buah struktur yang seharusnya tidak dipadukan.
Contoh :
Ø  berulang-ulang dan berkali-kali menjadi berulang-kali
Ø  saudara-saudara dan saudara sekalian menjadi saudara-saudara sekalian
Ø  musnah dan punah menjadi musnah

11. Metatesis, pergeseran kedudukan fonem, atau perubahan bentuk kata karena dua fonem atau lebih dalam suatu kata bergeser tempatnya.
Contoh :
·         rontal menjadi lontar
·         anteng menjadi tenang
·         usap menjadi sapu
·         palsu menjadi sulap
·         keluk menjadi lekuk
12. Protesis,perubahan fonem di depan bentuk kata asal.
Contoh :
o   lang menjadi elang
o   mak menjadi emak
o   mas menjadi emas
o   undur menjadi mundur
o   stri menjadi istri
o   arta menjadi harta
o   alangan menjadi halangan
o   sa menjadi esa
o   atus menjadi ratus
o   eram menjadi peram

13. Epentesis, perubahan bentuk kata yang terjadi karena penyisipan fonem ke dalam kata asal
Contoh :
Ø  baya menjadi bahaya
Ø  bhayamkara menjadi bhayangkara
Ø  gopala menjadi gembala
Ø  jur menjadi jemur
Ø  bahasa menjadi bahasa.

14. Paragog, perubahan bentuk kata karena penambahan fonem di bagian akhir kata asal.
Contoh :
·         mama, bapa menjadi mamak dan bapak
·         pen menjadi pena
·         datu menjadi datuk
·         hulu bala menjadi hulubalang
·         boek menjadi buku
·         abad menjadi abadi
·         pati menjadi patih
·         bank menjadi bangku
·         gaja menjadi gajah
·         conto menjadi contoh.

15. Aferesis, penghilangan fonem di awal bentuk asal.
Contoh :
·         adhyaksa menjadi jaksa
·         empunya menjadi punya
·         sampuh menjadi ampuh
·         wujud menjadi ujud
·         bapak menjadi pak
·         ibu menjadi bu

16. Sinkop, penghilangan fonem di tengah atau di dalam kata asal.
Contoh :
·         laghu menjadi lagu
·         vidyadhari menjadi bidadari
·         pelihara menjadi piara
·         mangkin menjadi makin
·         niyata menjadi nyata
·         utpatti menjadi upeti.


17. Apokop, penghilangan fonem di akhir bentuk kata asal.
Contoh :
·         sikut menjadi siku
·         riang menjadi ria
·         balik menjadi bali
·         anugraha menjadi anugerah
·         pelangit menjadi pelangi.

18. Kontraksi, gejala pemendekan atau penyingkatan suatu frase menjadi kata baru.
Contoh :
·         tidak ada menjadi tiada
·         kamu sekalian menjadi kalian
·         kelam harian menjadi kemarin
·         bagai itu menjadi begitu
·         bagai ini menjadi begini. 
Akronim, seperti balita, siskamling, rudal, ampera, pada dasarnya termasuk gejala kontraksi.

19. Nasalisasi,  atau penyengauan, proses penambahan bunyi sengau atau fonem nasal, yaim /m/, /n/, /ng/, dan /ny/.
Contoh :
à me baca menjadi membaca
à pe duduk menjadi penduduk
à pe garis menjadi penggaris.

20. Palatalisasi, penambahan fonem palatal /y/ pada suatu kata ketika kata ini dilafalkan.
Contoh :
Pada kata ia, dia. pria, panitia, ksatria, bersedia, yang masing-masing dilafalkan /iya/, /priya/, /diya/. /panitiya/, dan /bersediya/. jadi palatalisasi muncul di antara vokal /i/ dan /a/ yang digunakan berdampingan.

21. Labialisasi, penambahan fonem labial /w/ di antara vokal /u/ dan /a/ yang berdampingan pads sebuah kata.
Contoh :
Pada kata uang, buang, ruang, juang, kualitas, dan lain-lain. Selain itu, labialisasi juga muncul di antara vokal /u/ dan/e/. atau /u/ dan /i/ seperti pada kata frekuensi dan kuitansi. Pada waktu kita lafalkan 
kata-kata itu, terasa sekali, bahwa di antara vokal-vokat tersebut
 
timbul fonem labial /w/, misalnya uang kita lafalkan /uwang/

22. Onomatope, proses pembentukan kata berdasarkan tiruan bunyi-bunyi.
Contoh :
§  hura-hura dari hore-hore.
§  aum (suara harimau)
§  meong (suara kucing)
§  embik (suara kambing)
§  desis (suara ular)
§  desah (suara napas)
§  ketuk (bunyi pintu atau meja dipukul dengan jari atau palu)

23. Haplologi, proses perubahan bentuk kata yang berupa penghilangan satu suku kata di tengah-tengah kata.
Contoh :
·         samanantara menjadi sementara
·         mahardhika menjadi merdeka
·         budhidaya menjadi budaya

B.         SINONIM
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata.
Contoh:
·        Arti = makna = pengertian
·        Mati = tewas = meninggal = wafat = mangkat
·        Melihat = memandang = menonton = menyaksikan
·        Melakukan = mengerjakan = melaksanakan
·        Binatang = fauna
·        Bohong = dusta
·        Bertemu = berjumpa
·        Dll

C.         ANTONIM
Antonim adalah suatu kata yang artinya atau maknanya berlawanan dengan makna atau arti dari kata lain. Antonim disebut juga lawan makna kata.
Contoh :
Ø Mati  X  Hidup
Ø Tinggi  X  Rendah
Ø Hitam  X  Putih
Ø Laki – laki  X  Perempuan
Ø Keras  X  Lembek
Ø Naik  X  Turun
Ø Surga  X  Neraka
Ø Atas  X  Bawah
Ø Kaya  X  Miskin

D.         HOMONIM
Homonim adalah kata yang mempunyai tulisan, dan bunyi yang sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh :
Ø  Amplop
Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa)
Agar bisa diterima menjadi pns ia memberi amplop kepada para pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)
Ø  Bisa
Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya (bisa = mampu)
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun)
E.         HOMOFON
Homofon adalah suatu kata yang mempunyai bunyi yang sama, tetapi tulisan dan maknanya berbeda.
Contoh :
·         Sangsi        : Ragu – ragu
Sanksi        : Hukuman
·         Bank          : Tempat menabung
Bang          : Panggilan untuk orang laki – laki
·         Masa          : Waktu
Massa        : Berat
·         Rock         : Aliran music
Rok           : Pakaian

F.          HOMOGRAF
Homograf adalah suatu kata yang mempunyai tulisan yang sama, tetapi bunyi dan maknanya berbeda.
C            ontoh   :
à Apel                   : buah
Apel                   : Upacara
à Memerah            : Warna
Memerah            : Susu sapi
à Serang                : Kota
Serang                : Menyerang

G.        POLISEMI
Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai banyak makna (satu kata banyak makna)
Contoh :
*      Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala sekolah smp kroto emas. (kepala bermakna pemimpin).
*      Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit hidrosepalus. (kepala berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas).
*      Tiap kepala harus membayar upeti sekodi tiwul kepada ki joko cempreng. (kepala berarti individu).
*      Pak Sukatro membuat kepala surat untuk pengumuman di laptop eee pc yang baru dibelinya di mangga satu. (kepala berarti bagian dari surat).

H.        HIPERNIM dan HIPONIM
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim.
Contoh :
Ø  Hipernim : Hantu. Hiponim : Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, suster ngesot, dan lain-lain.
Ø  Hipernim : Ikan. Hiponim : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok, mujaer, sepat, cere, gapih singapur, teri, sarden, pari, mas, nila, dan sebagainya.
Ø  Hipernim : Odol. Hiponim : Pepsodent, ciptadent, siwak f, kodomo, smile up, close up, maxam, formula, sensodyne, dll.
Ø  Hipernim : Kue. Hiponim : Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, bronis, sus, dsb.



Sumber     :
·         http://riska-krisma.blogspot.com/2013/04/contoh-kata-polisemi-homofon-homograf.html



                                                                                                 




0 komentar:

Posting Komentar